Sabtu, 27 Oktober 2012

Kelas Menulis bersama Penulis

0 komentar

Sabtu, 20 Oktober 2012, Kelas Jurnalistik Ponpes Sumatera Thawalib mengundang seorang penulis muda untuk berbagi pengalaman bersama. Setelah sedikit mengalami keterlambatan, kegiatan tersebut akhirnya berlangsung dengan sukses.

Fauzul Izmi, begitulah ia biasa di panggil. Ia telah menelorkan lebih kurang tujuh judul buku, baik perseorangan maupun bersama orang lain. Tulisan perseorangannya diantaranya berjudul Potret Ikhwan Sejati, sementara buku yang ia kerjakan secara berjama’ah adalah Surat Cinta untuk sang Murabbi, Kerdam Palestina, dan sebagainya.
Ia datang ke Madrasah Sumatera Thawalib Parabek pada jam 4. Meskipun sebelumnya telah diumumkan supaya teman-teman Jurnalistik tidak pulang terlebih dahulu demi kegiatan ini. Akan tetapi, sayangnya beberapa anggota sudah pulang terlebih dahulu. Setelah menunggu beberapa saat, show must go on meskipun santri yang hadir hanya enam orang saja.
Dalam penyampaiannya, bang Fauzul, begitu ia disapa, menyampaikan motivasi kepada teman-teman jurnalistik untuk terus dan terus menulis. “Kamu tidak akan menjadi orang yang mahir kungfu meskipun telah menonton adegan Jakcy Chan dan Jet Li ratusan kali. Yang kamu butuhkan adalah mulailah menulis dan teruslah menulis.” ungkap bang Fauzul. Selain itu, ia memutar beberapa video motivasi dari penulis-penulis cilik mapun terkenal. Diantaranya seorang penulis cilik yang baru berumur belasa tahun sudah bisa menulis buku ketiganya dengan kuantitas 600an halaman. Ia juga memutar video talkshow bersama Hevi Tiana Rosa. Dalam video itu, Bunda Helvi menyatakan bahwa ada tiga cara untuk menjadi penulis selain dengan membaca. Yang pertama adalah menulis, yang kedua adalah menulis, dan yang ketiga adalah menulis. Selain itu, membaca adalah saudara kandung dari menulis, jika Kamu ingin menjadi penulis, maka kamu harus membaca.
Materi yang disampaikan cukup menarik bagi anggota Jurnalistik. Hal ini terbukti ketika ada beberapa santri yang mengintip dari luar akhirnya tertarik dan ikut masuk ke kelas. Di dalam kelas, bang Fauzul melakukan beberapa perangsangan sebagai dasar bagi peserta untuk memulai menulis, baik melalui gambar maupun dengan kosa kata kunci.
Begitu asiknya kegiatan, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. “Sebenarnya masih banyak yang akan disampaikan, akan tetapi waktunya sangat terbatas.” aku bang Fauzul. Kan tetapi, pada intinya, menulis itu tidak butuh teori. Teori bisa ditemukan di mana saja. Jika sekarang disampaikan teori, tahun depan ada teori lagi, begitu juga seterusnya, maka teorinya hanya itu saja, tidak banyak perkembangan. Yang paling dibutuhkan sebenarnya adalah action. So menulislah…

Leave a Reply

 
aLBayan © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here