Selasa, 20 November 2012

Mata Hati yang Jernih lebih tajam dari Pisau Bermata Dua

0 komentar

Ust.Drs. H. Zulfahmi.
Disampaikan dalam amanat upacara 12 November 2012

Suatu ketika, Ibnu Mas’ud kedatangan tamu tak terduga. Ia adalah seorang tua dengan pakaian lusuh seadanya. Satu hal lainnya yang menjadi perhatian Ibnu Mas’ud adalah si bapak tua ternyata buta. Ia mendatangi Ibnu Mas’ud dan berkata, “Wahai Ibnu Mas’ud, saya telah mendengar tentang kebesaran Anda dari orang banyak. Sekarang, saya belum makan sesuap nasi pun selama dua hari. Maka, dengan kebesaran Anda, berilah saya sedikit makan, dan izinkanlah saya menginap beberapa saat di rumah Anda.

Mendengar permintaan tersebut, Ibnu Mas’ud mempersilahkan bapak tua masuk dan memberinya makanan. Satu hal terasa janggal bagi Ibnu Mas’ud. Si bapak yang buta ternyata bisa masuk berjalan ke dalam rumah tanpa tongkat dan tidak ada salah satu langkah pun.
Setelah tinggal selama dua hari di rumah Ibnu Mas’ud, si bapak tua kembali menyampaikan sebuah permintaan kepada Ibnu Mas’ud. “Wahai Ibnu Mas’ud, saya adalah orang yang tidak terbiasa menerima pertolongan begitu saja. Oleh karena itu, berilah saya pekerjaan, sehingga saya bisa tenang menerima pemberian dari Anda sebagai hasil usaha saya.”
“Ya, kenapa tidak??” jawab Ibnu Mas’ud.
“Jika demikian, maka Saya mengajukan beberapa persyaratan: Setiap pagi, Anda lah yang membukakan pintu dan jendela rumah saya, membersihkan rumah dan pekarangan, dan membukakan pintu ketika ada tamu.” lanjut Ibnu Mas’ud.
“Iya, saya setuju..!!” jawab bapak tua dengan singkat.
Keesokan harinya, Ibnu Mas’ud semakin penasaran. Mengapa tamunya yang tua dan buta ini bisa melakukan aktifitas yang secara rasional mustahil dijalankan oleh orang tanpa melihat. Akhirnya, Ibnu Mas’ud merasa ragu, apakah benar tamunya ini buta atau tidak.
Ibnu Mas’ud berniat menguji si tamu. Ia membawanya kepada seorang teman, si pandai besi. Ketika memasuki ruang kerja pandai besi, Ibnu Mas’ud membawanya mendekat ke api pembakaran. Ketika si pandai besi memukulkan pedang yang sedang merah panas terbakar api, cipratan bunga api mengagetkan bapak tua, dan membuatnya pingsan.
Setelah sadar, Ibnu Mas’ud bertanya, “Mengapa engkau tahu perihal bunga api tadi?”
“Meskipun saya buta, tapi mata hati saya lebih tajam daripada pisau bermata dua.” Jawab si bapak tua.
Mendengar itu, Ibnu Mas’ud memeluk tamunya dan berkata, “Jangan engkau tinggalkan rumahku. Tinggallah di sini, hatiku menjadi terbuka semenjak Engkau ada di sini.” 

Leave a Reply

 
aLBayan © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here