Ust. Ahmad Mubarak, MSI.Disampaikan dalam Khutbah Jumat 16 November 2012
Hijrah merupakan sebuah peristiwa besar. Dalam sejarah,
Hijrah telah membuktikan perannya yang vital dalam perkembangan Islam
berikutnya. Di lain sisi, untuk taraf individual, Hijrah juga merupakan sebuah
peristiwa yang luar biasa.
Sebuah perbuatan yang luar biasa hanya berasal dari orang
yang luar biasa. Oleh sebab itu, Muhajirin, sahabat Rasulullah yang ikut hijrah
bersama beliau adalah orang-orang luar biasa. Pertanyaannya, apakah yang
membuat mereka luar biasa?
Ada empat sifat yang mereka miliki sehingga Muhajirin mampu
berhijrah.
Artinya, keempat sifat inilah yang ternyata menjadikan para
Muhajirin menjadi insan-insan yang luar biasa.
Sebagaimana disampaikan dalam Q.S al-Anfal [8]: 74, keempat sifat
tersebut adalah: keimanan yang sempurna, berpindah, berkorban, dan pelopor.
Sahabat Nabi yang ikut hijrah adalah orang-orang dengan iman
yang sempurna. Mereka hijrah dalam suasana yang penuh dengan tekanan dari Kafir
Quraysh. Mereka butuh kekuatan yang sangat besar untuk mampu lepas dari tekanan
yang besar ini. Mereka tidak boleh
membawa satu benda pun untuk berhijrah. Mereka harus meninggalkan kampung
halaman, dan terutama sekali keluarga. Tentu saja ini adalah tantangan yang
sangat besar.
Sebagai contoh, Abdurrahman ibn ‘Auf adalah seorang sahabat
Nabi yang kaya. Ia adalah saudagar sukses. Akan tetapi, apakah ia bisa membawa
harta dan keluarganya ketika Hijrah? Tidak..!! Sebagaimana sahabat-sahabat
lainnya, ia berangkat ke Madinah dengan tangan kosong. Oleh sebab itu, apakah
yang selalu dimiliki dan dibawa oleh Abdurrahman ibn ‘Auf, dan sahabat-sahabat
lainnya? Itulah iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang kelak member berkah yang
luar biasa dalam hidup mereka. Di Madinah, mereka mendapatkan keluarga yang
baru, pekerjaan yang baru, dan bahkan Abdurrahman ibn ‘Auf dalam beberapa waktu
mampu menjadi seorang saudagar yang sukses kembali.
Selain itu, para sahabat juga orang yang berpindah. Dalam
hal ini, Hijrah dimaknai secara makani. Akan tetapi, jika dilihat dalam konteks
ma’nawi, hijrah bermakna meninggalkan segala keburukan, bergerak menuju
kemuliaan. Inilah sifat mulia sahabat sehingga mereka mampu berhijrah.
Sifat beriktunya adalah berkorban. Sebagaimana disinggung di
atas, Rasulullah dan sahabat yang berhijrah tidak bisa membawa apapun ke
Madinah. Mereka harus merelakan harta dan keluarga mereka di Makkah. Bayangkan
jika Anda dalam posisi ini! Tentu saja terasa, ini merupakan sebuah gerak yang
sangat besar dengan pengorbanan yang luar biasa. Bukan hanya pengorbanan harta,
akan tetapi juga pengorbanan kehidupan.
Dan terakhir, para sahabat Muhajirin adalah para pelopor.
Seketika mereka sampai di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan
masyarakat Madinah. Mereka, bersama Rasulullah berhasil mempelopori
persaudaraan antara suku ‘Aus dan Khazraj. Bersama Rasulullah, mereka
mempelopori berdirinya Negara dengan tata hukum dan kebebasan yang seimbang
antar manusia, sebuah tatanan kehidupan dalam Hukum yang akhir-akhir ini
diagungkan oleh Negara-negara modern.
Keempat sifat tersebutlah yang dimiliki oleh para sahabat
yang berhijrah. Dengan sifat tersebutlah mereka menjadi orang yang luar biasa,
dan mampu melakukan sebuah momen yang luar biasa. Keempat sifat tersebut tentu
saja harus dimiliki oleh generasi Islam saat ini. Keempat sifat itu bisa
membawa generasi muda menuju perkembangan kehidupan, baik individual maupun
komunal bahkan dalam ruang lingkup Negara menjadi luar biasa.[]