Senin, 05 November 2012

Ada Kecemburuan di IPST

0 komentar


Rabu, 31 Oktober 2012, Komisi Pemilihan Ketua IPST (KPKI), di bawah bimbingan waka kesiswaan mengadakan acara dialog interaktif antar kandidat Ketua IPST bersama seluruh santri. Acara tersebut dimulai dengan penyampaian visi dan misi oleh kelima kandidat. Mereka adalah M. Ulil Albab, M. Jufri, Hamzah Habibi, Irsyad, dan Syamratul Fuadi.
Setelah menyampaikan visi-misi, kehebohan meningkat seiring dibukanya termen tanya jawab. Sesaat termen tanya jawab dibuka oleh Ust. Fadhli, terlihat antusiasme santri untuk menanggapi visi-misi yang disampaikan kelima calon. Akan tetapi, karena waktu yang terbatas, pertanyaan yang dibuka hanya terbatas kepada lima penanya saja.
Dari kelima pertanyaan, ada dua pertanyaan yang menjadi pusat perhatian para santri. Joni Pradiva dan Robbi Hidayatul Ilmi mempertanyakan, IPST kedepan akan seperti apa menanggapi keterlibatan santri Tsanawiyah dalam IPST.  Mereka merasakan bahwa selama ini, santri Tsanawiyah cenderung dianaktirikan dalam keaktifan di IPST. IPST didominasi oleh santri Aliyah dan mengesampingkan potensi dan kemampuan santri Tsanawiyah. Oleh sebab itu, kedua penanya ini menyampaikan, bagaimanakah cari para kandidat untuk melibatkan santri Tsanawiyah dalam IPST mendatang secara lebih aktif?
Kelima kandidat cenderung menjawab pertanyaan dengan seragam. Mereka menyatakan bahwa selama ini santri Tsanawiyah memang belum pantas memiliki keterlibatan yang lebih dalam IPST. Hal ini tidak lain karena kemampuan dan kamatangan mereka yang masih belum siap untuk diberikan sebuah jabatan. Hal ini dibuktikan, menurut para calon, susahnya santri Tsanawiyah untuk menenangkan diri mereka di masjid.
Menurut beberapa santri, jawaban mereka tidak memuaskan dalam hal ini. Ertia Reskinta, umpamanya, menyayangkan para kandidat berpendapat seperti ini. “Mengapa kami tidak bisa? Di SMP lain toh OSIS juga berkembang bagus. Apa bedanya siswa SMP dengan santri Tsanawiyah MST Parabek?” ungkapnya. Protes ini ternyata tidak hanya dirasakan oleh Ertia saja. Sepertinya, mayoritas santri Tsanawiyah merasakan hal yang sama, dibuktikan dengan kegaduhan yang meningkat ketika pertanyaan tersebut dijawab oleh para kandidat.
Permasalahannya sepertinya berasal dari jawaban para kandidat yang tidak memuaskan. Pertanyaan yang diajukan oleh penanya adalah solusi. Bagaimanakah jurus yang akan dijalankan para kandidat jika mereka terpilih dan menjabat untuk menyelesaikan masalah ini? Sayangnya, para kandidat justru menyoroti hal lain, yaitu penyebab. Mereka menyampaikan bahwa penyebab mengapa santri Tsanawiyah tidak dilibatkan secara intensif dalam IPST. Kedua hal ini tentu berbeda.
Pertanyaan selanjutnya yang juga menjadi pusat perhatian adalah pertanyaan terakhir yang disampaikan oleh Putri Laila. Ia menyampaikan problem yang sama, kecemburuan santri putri karena tidak mendapatkan porsi olahraga yang layak. Menurut Putri, selama ini, dalam IPST, santri putri cenderung terpinggirkan dalam hal olahraga. Padahal, kondisnya santri putri juga mengingkan hal tersebut. Jadi, Putri menanyakan, bagaimanakah selanjutnya, apa yang akan dilaksanakan oleh ketua IPST terpilih nanti untuk menyelesaikan masalah ini?
Akan tetapi, sekali lagi, para kandidat berhenti pada aspek ‘sebab’ dalam menjawab hal ini. Mereka tidak terus melanjutkan dengan solusi. Mereka manyampaikan santri putri sedikit terpinggirkan dalam hal olahraga adalah karena sekolah kita adalah pesantren. Oleh sebab itu, santri putri tidak bisa bebas berolahraga seperti halnya laki-laki. Tentu saja pesantren tidak akan mengizinkan santri putri untuk melakukan olahraga yang membuka aurat mereka? Jawab salah seorang kandidat.
Mengenai pertanyaan kelima ini, beberapa santri setuju dan beberapa lainnya tidak setuju. Novia Anggraini misalnya, menyampaikan bahwa jika selama ini santri putri tidak mendapatkan porsi yang layak juga dikarenakan aspek fasilitas. Akan tetapi, sebenarnya pesantren telah bergerak untuk memperbaiki hal tersebut. Sebagia contoh, putri diberikan kegiatan taekwondo yang diadakan di aula. Selain itu, setiap Jumat pagi, santri putri asrama juga bisa melakukan senam pagi di halaman sekolah. Pada intinya, semua itu bergantung pada manajemen yang baik. Oleh sebab itu, bagaimanakah ketua mendatang menyikapi kedua hal ini? Mari kita tunggu. [IML]

Leave a Reply

 
aLBayan © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here