Oleh: Firdaus Rifa’I al-Quraysyi
Pembimbing Haji/ Alumni MST Parabek 1980
Saya adalah alumni sekolah Sumatera Thawalib Parabek ini.
Meskipun saya melanjutkan kuliah setamat dari Parabek, saya selalu katakana
bahwa saya adalah lulusan Parabek, bukan kampus tempat saya kuliah. Mengapa?
Karena kesan yang paling mendalam saya dapatkan dari sekolah ini.
Dulu, saya sekolah tidak seberuntung Kalian sekolah
sekarang. Saya tinggal di Birugo, dan setiap hari ke sekolah jalan kaki,
melewati sawah. Tentu saja banyak yang dihadang, baik hujan maupun panas. Tidak
seperti kalian, semua itu saya jalani tanpa uang jajan.
Akan tetapi, saya tetap semangat untuk kuliau dengan
dorongan dari orang tua. Orang tua saya adalah orang yang juga tidak beruntung.
Kami hidup dalam kemiskinan. Akan tetapi, saya beruntung memiliki orang tua
yang memiliki keyakinan besar pada pendidikan.
Suatu saat, Ibu saya pernah dicaci oleh masyarakat. “Makan
se payah, ko basakolaan pulo anak!” Lebih kurang begitulah yang
disampaikan. Ibu saya hanya menangis mendengarkannya. Akan tetepi semua itu
tidak mengurangi semangatnya untuk menyekolahkan kami. Sebagai catatan, kami
ada 11 orang bersaudara.
Akan tetapi, dengan kuasa Allah, 12 tahun setelah cacian
tersebut didengar oleh orang tua, kami anak-anak berkumpul mengadakan syukuran
di rumah. Kakak saya telah menjabat sebagai Kepala Pengadilan, Adik-adik saya
menjadi Kepala Bank, Dokter Spesialis, dan seorang Staf di sebuah kantor di
Pekan Baru, dan sebagainya. Singkatnya, semuanya manjadi ‘urang’.
Tidak disangka, orang yang dulu menghina Ibu saya juga hadir
di acara syukuran tersebut. Ia bertanya kepada Ibu, “Joa anak basakolakan,
Ni? Kok jadi urang sadonyo?” Ibu saya hanya menjawab, “Jo aia mato se
ny.”
Satu hal yang harus Kalian catat adalah dengan segala
kekurangan yang Saya alami waktu itu, saya bersama saudara-saudara berhasil
menjalani hidup dengan kesuksesan. Sekarang, yang harus Kalian pelajari adalah,
bagaimana supaya kalian belajar di sini tidak sia-sia?
Ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan. Pertama, ilmu
tidak akan didapat tanpa adanya keikhlasan di dalam hati, dan kedua, jangan
pernah khianati orang tua.
Tanpa keikhlasan kalian tidak akan berhasil menuntut ilmu.
Menuntut ilmu banyak tantangannya. Hanya orang yang ikhlaslah yang bisa
melewati segala tantangan tersebut. Selain itu, jika orang tua kalian
membelikan kalian HP, untuk apakah itu? Itu adalah untuk menunjang pembelajaran
kalian. Akan tetapi, jika kalian menyelewengkannya, menjadikan HP sebagai
pengganggu belajar, maka kalian telah mengkhianati orang tua. Tidak akan
mungkin kalian mendapatkan ilmu dalam kondisi seperti itu. Ini hanyalah contoh
sederhana dari kedua poin di atas.[]