Selasa, 27 November 2012

Peraturan Bahasa Asrama Puteri

0 komentar

Sudah hampir sebulan peraturan ihya’ lughah kembali digalakkan di Asrama Puteri. Tepat pada hari Senin, 5 November 2012 Asrama Puteri Sumatera Thawalib kembali menghidupkan bi’ah lughawiyyah. Oleh sebab itu, bukan asing lagi jika akhir-akhir ini santri putrid terdengar menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris.
Peraturan bahasa ini diterapkan secara bertahap. Pada tahap ini, peraturan bahasa mempersyaratkan santri berbicara bahasa asing, Arab atau Inggris, mulai jam pulang sekolah hingga selepas Isya. Mereka dilarang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah di lingkungan asrama hingga Masjid, termasuk WC panjang depan masjid.

Tujuan dari program bahasa ini adalah untuk memajukan kebahasaan di Asrama.Menurut Ustz. Alfi, penanggung jawab bidang akademik yang membawahi peraturan di Asrama Puteri, peraturan bahasa pernah melewati masa emas di Ponpes Sumatera Thawalib Parabek ini. Akan tetapi, itu dulu. Oleh sebab itu, saat ini harus ada upaya untuk mengembalikan kejayaan bahasa tersebut.
Penerapan bahasa ini ditangani oleh Qism Lughah, yang terdiri dari Pembina asrama, santri Aliyah, dan beberapa santri pilihan. Diantara siswa ditunjuk beberapa siswa yang bertanggung jawab menjadi jasus al-lughah (language spy/mata-mata bahasa). Mereka inilah yang bertanggung jawab untuk mencatat santri-santri yang tidak komitmen dengan bahasa. Selanjutnya, para pelanggar bahasa akan dihukum sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
Peraturan dan mekanisme ini cukup berhasil menggenjot aktifitas kebahasaan santri. Meskipun bahasa yang mereka gunakan cenderung asal dan keliru, akan tetapi ini bukanlah sebuah masalah, karena yang dipentingkan dalam hal ini adalah praktik berbahasa. Diantara keanehan bahasa yang sering digunakan adalah: E…ba’din lah aaahh..; La A’rif ana doh; suqut-suqut faqat lah anti na’am; qadim anti Kaman; dan sebagainya.
Beberapa kendala yang dihadapi adalah banyaknya protes dari pelanggar bahasa yang merasa dicurangi oleh jasus lughah. Maksudnya, Jasus mencatat nama pelanggar, padahal si jasus juga ikut melanggar, namun tidak rela mencatat nama mereka sendiri.
Dalam beberapa waktu berjalan, telah tampak perkembangan. Akan tetapi, yang paling penting untuk diingat adalah konsistensi (istiqamah) dalam penerapan bahasa ini. Jadi, bagaimanakah peraturan tersebut setelah satu bulan?[NOVIA]


Leave a Reply

 
aLBayan © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here