Sudah hampir sebulan peraturan ihya’
lughah kembali digalakkan di Asrama Puteri. Tepat pada hari Senin, 5
November 2012 Asrama Puteri Sumatera Thawalib kembali menghidupkan bi’ah
lughawiyyah. Oleh sebab itu, bukan asing lagi jika akhir-akhir ini santri
putrid terdengar menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris.
Peraturan bahasa ini diterapkan
secara bertahap. Pada tahap ini, peraturan bahasa mempersyaratkan santri
berbicara bahasa asing, Arab atau Inggris, mulai jam pulang sekolah hingga
selepas Isya. Mereka dilarang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah
di lingkungan asrama hingga Masjid, termasuk WC panjang depan masjid.
Tujuan dari program bahasa ini
adalah untuk memajukan kebahasaan di Asrama.Menurut Ustz. Alfi, penanggung
jawab bidang akademik yang membawahi peraturan di Asrama Puteri, peraturan
bahasa pernah melewati masa emas di Ponpes Sumatera Thawalib Parabek ini. Akan
tetapi, itu dulu. Oleh sebab itu, saat ini harus ada upaya untuk mengembalikan
kejayaan bahasa tersebut.
Penerapan bahasa ini ditangani
oleh Qism Lughah, yang terdiri dari Pembina asrama, santri Aliyah, dan
beberapa santri pilihan. Diantara siswa ditunjuk beberapa siswa yang
bertanggung jawab menjadi jasus al-lughah (language spy/mata-mata
bahasa). Mereka inilah yang bertanggung jawab untuk mencatat santri-santri yang
tidak komitmen dengan bahasa. Selanjutnya, para pelanggar bahasa akan dihukum
sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
Peraturan dan mekanisme ini cukup
berhasil menggenjot aktifitas kebahasaan santri. Meskipun bahasa yang mereka
gunakan cenderung asal dan keliru, akan tetapi ini bukanlah sebuah masalah,
karena yang dipentingkan dalam hal ini adalah praktik berbahasa. Diantara
keanehan bahasa yang sering digunakan adalah: E…ba’din lah aaahh..; La A’rif
ana doh; suqut-suqut faqat lah anti na’am; qadim anti Kaman; dan
sebagainya.
Beberapa kendala yang dihadapi
adalah banyaknya protes dari pelanggar bahasa yang merasa dicurangi oleh jasus
lughah. Maksudnya, Jasus mencatat nama pelanggar, padahal si jasus juga
ikut melanggar, namun tidak rela mencatat nama mereka sendiri.
Dalam beberapa waktu berjalan,
telah tampak perkembangan. Akan tetapi, yang paling penting untuk diingat
adalah konsistensi (istiqamah) dalam penerapan bahasa ini. Jadi,
bagaimanakah peraturan tersebut setelah satu bulan?[NOVIA]